Orang-orang terlihat menuruni gedung GWM (Grha Widya Maranatha) sambil memegangi kepala dan leher dengan kedua tangan. Mereka bergegas menuju ruang terbuka di area depan Maranatha Sport Center. Sebelumnya, terdengar suara sirene diikuti pemberitahuan yang diumumkan melalui pengeras suara di sekitar gedung.
Fragmen skenario itu dilaksanakan pada kegiatan Simulasi Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi di Universitas Kristen Maranatha, 22 November 2023. Simulasi ini diselenggarakan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) Universitas Kristen Maranatha, bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat.
Simulasi yang dilakukan dengan ruang lingkup terbatas tersebut melibatkan partisipasi dari berbagai pihak di UK Maranatha, meliputi beberapa unit kerja, dosen, dan mahasiswa. Seluruh rangkaian persiapan, koordinasi, dan pelaksanaan simulasi didampingi oleh perwakilan dari BPBD Jabar.
Langkah Terpenting Saat Terjadi Gempa
Bila terjadi gempa di lingkungan kampus, apa saja yang perlu dilakukan oleh masing-masing warga kampus yang sedang beraktivitas di dalam gedung?
Edy Heryadi, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Jawa Barat menjelaskan hal-hal penting yang harus dilakukan. Pertama adalah perlindungan diri selama terjadi guncangan gempa, dengan cara:
- Drop atau merunduk;
- Cover atau mencari tempat perlindungan, sambil melindungi kepala dan leher bagian belakang dengan tangan;
- Hold-on atau berpegangan agar tidak terjatuh.
Perlindungan diri saat terjadi guncangan gempa penting untuk dilakukan pertama kali, sebelum melakukan evakuasi. Langkah berikutnya setelah guncangan selesai adalah melakukan evakuasi menuju titik kumpul melalui jalur evakuasi yang telah ditentukan. Selama melakukan evakuasi, kedua tangan tetap dalam posisi melindungi kepala.
Setelah situasi dinyatakan aman di titik kumpul, kemudian setiap floor captain menyampaikan laporan evakuasi kepada koordinator tanggap darurat. Berikutnya, koordinator tanggap darurat memberikan arahan untuk pelaksanaan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan oleh tim terkait, hingga mengumumkan pengakhiran evakuasi.
Baca juga: Tutup Tahun Bahas Mitigasi Gempa hingga Batik Maranatha
Budaya Sadar Bencana
Simulasi tanggap darurat perlu dilakukan di lingkungan kampus, bertujuan untuk melatih dan membiasakan diri. “Kalau tidak dilatih, nanti bila terjadi gempa, kita akan panik dan tidak bisa berpikir,” kata Edy.
Bila kita terbiasa melakukan langkah-langkah perlindungan diri dan evakuasi secara mandiri, maka timbulnya korban jiwa saat terjadi gempa dapat dihindari.
Edy juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan kewaspadaan warga kampus dengan budaya sadar bencana. “Caranya dengan mengenali ancamannya, mengurangi risikonya, dan siaga akan bencana,” jelasnya.
Ketua P2K3 UK Maranatha, Bintang Fajarsyah, S.E. menyebutkan bahwa simulasi tanggap darurat bencana gempa baru pertama kali diadakan di kampus Maranatha. Ia mengharapkan warga Maranatha dapat lebih waspada dan siap menghadapi bencana gempa dengan baik, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk bertindak dengan tepat saat terjadi gempa bumi.
Bintang menambahkan, “Simulasi ini dapat menjadi evaluasi yang baik bagi P2K3 untuk merancang langkah-langkah yang lebih efektif dalam meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa bumi.” (is)
Simak video di bawah ini untuk mempelajari langkah-langkah yang perlu dilakukan saat menghadapi bencana gempa di lingkungan kampus.
Foto & video: Medkom Maranatha