Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing atas Indonesia secara khusus mengundang Ketua Program Diploma Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha, Yosepin Sri Ningsih, S.Ds., M.Ds., untuk mempresentasikan materi tentang perpaduan kebudayaan Indonesia-Tionghoa di Kota Guangzhou, Tiongkok. Seluruh kegiatan Yosepin di Guangzhou berlangsung pada 3-5 Mei 2023.

Hasil riset mengenai batik Lasem karya Yosepin terpilih sebagai salah satu riset terbaik pada tahun 2022 dan direkomendasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk dipresentasikan di Kota Guangzhou. Materi yang disampaikan berupa penjelasan mengenai riset, terutama tentang perkembangan batik Lasem hingga bisa sampai menjadi suvenir kegiatan G20 Indonesia 2022.

Kegiatan Yosepin dimulai dengan meeting, shooting, dan peliputan dari TV Guangdong International. Pada channel tersebut terdapat sebuah acara khusus yang membahas tentang Indonesia dengan bahasa Inggris, dan ditayangkan secara global. Pada hari selanjutnya, Yosepin mempresentasikan risetnya pada rekanan KBRI yang berasal 12 negara, diwakili oleh masing-masing kedutaannya di Wisma Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Guangzhou.

Tujuan dari diadakannya kegiatan ini adalah untuk mengangkat batik di Indonesia, khususnya batik Lasem. Batik Lasem dipilih karena adanya perpaduan budaya Indonesia dan Tionghoa pada batik tersebut, dengan harapan para produser TV yang merupakan warga Tionghoa memahami bahwa leluhur masyarakat Indonesia juga berasal dari Tiongkok. “Ketika mereka (leluhur) datang ke Indonesia, mereka bisa memberikan kontribusi yang cukup besar dari segi budaya dan itu terpelihara hingga saat ini,” ungkap Yosepin.

Dalam presentasinya, Yosepin menjelaskan tentang bagaimana kebudayaan dari Tiongkok bisa memperkaya produk budaya di Indonesia. Ia menceritakan mengenai sejarahnya, yakni pengaruh kebudayaan Tionghoa di Indonesia yang mampu berakulturasi seperti di Kecamatan Lasem, Jawa Tengah, yang sering disebut sebagai “Tiongkok kecilnya Indonesia”. “Saya menceritakan pengaruh Tionghoa pada Batik Lasem itu ada apa saja, seperti corak, warna, gaya baju, dan berpakaian. Saya juga mendemokan bagaimana cara membatik, mulai dari mencanting, pencelupan warna, kemudian sampai bagaimana pengembangan batik di Indonesia menjadi produk fesyen,” ujar Yosepin.

Terkait respons dari pihak KJRI, Yosepin mengatakan, “Mereka sangat senang dan menawarkan kegiatan-kegiatan selanjutnya yang mungkin akan diperlukan.” Karena berasal dari background fesyen, Yosepin tentu mengetahui berbagai informasi mengenai tekstil yang mungkin suatu hari nanti akan diperlukan oleh KJRI. Ia juga menerangkan beberapa hal mengenai peluang-peluang pada masa depan karena kegiatan yang telah berlangsung ini dianggap berhasil. “Kontribusi saya selama di sana baik. Jadi, mereka juga berpikiran untuk mengadakan kolaborasi-kolaborasi yang mungkin nantinya akan dibicarakan kembali,” sambungnya. (vir/gn)

26 May 2023