Indonesia Emas mimpi atau fakta? Pertanyaan ini dilontarkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Republik Indonesia, Prof. Yasonna H. Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D. saat memaparkan materi di kampus Universitas Kristen Maranatha, Bandung (12/7/2023).
Menkumham Yasonna H. Laoly hadir sebagai narasumber seminar nasional “Generasi Unggul Majukan Bangsa Menuju Indonesia Emas”. Acara ini diselenggarakan oleh Universitas Kristen Maranatha bekerja sama dengan STT IKAT – TIM Misi Nomensen, PGIW Jabar, Sinode GKP, dan Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (DPD PIKI) Provinsi Jawa Barat.
Yasonna menjelaskan bahwa Indonesia Emas 2045 bukan sekadar impian, tetapi juga sebuah tujuan yang harus diwujudkan bersama. Dalam mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan generasi unggul yang mampu menghadapi tantangan global dengan kemampuan inovasi dan kreativitas yang tinggi.
Generasi unggul memiliki peran penting dalam memajukan bangsa Indonesia menuju Indonesia Emas. Alasan utamanya adalah daya saing global, sebab dalam era globalisasi persaingan semakin ketat. Hanya mereka yang memiliki kemampuan unggul yang dapat bersaing.
Foto terkait: Seminar Nasional “Generasi Unggul Majukan Bangsa Menuju Indonesia Emas”
Sepuluh Tantangan Generasi Unggul
Menkumham menyebutkan adanya perubahan global yang harus kita hadapi. Terdapat sepuluh faktor yang menimbulkan tantangan untuk membangun generasi unggul, yaitu perubahan geoekonomi; demografi dunia; urbanisasi global; perdagangan internasional; keuangan global; kelas pendapatan menengah; persaingan SDA; perubahan iklim; kemajuan teknologi; dan perubahan geopolitik.
Salah satu tantangan yang disoroti adalah tantangan dalam pluralisme dan kebinekaan. “Indonesia adalah negara yang sangat plural, dan rentan pada perpecahan, kalau masing-masing terlalu mengutamakan primordialisme,” papar Yasonna.
“Perbedaan harus dijadikan sebagai kekuatan bersama. Perbedaan harus kita orkestrasikan menjadi satu kekuatan. Bukan sebagai alat pemecah, tetapi sebagai kekuatan untuk maju menuju Indonesia Emas,” lanjutnya.
Kepada para mahasiswa, Yasonna menekankan pentingnya belajar terus menerus. “Keep learning, terus menambah ilmu pengetahuan, karena belajar adalah proses untuk menjadikan seseorang memiliki kualitas Indonesia unggul, yaitu SDM yang unggul,” ucapnya.
Ia berpesan, “Kita semua harus meninggalkan legacy untuk bangsa dan negara ini, merawat bangsa yang besar ini, untuk menjemput Indonesia Emas. Kalian para mahasiswa, adik-adik saya, yang muda-muda, kalianlah nanti yang akan menjemput itu.”
Pentingnya Integritas
Menanggapi nilai-nilai hidup kristiani yang dianut di UK Maranatha, yaitu “ICE” (Integrity, Care, Excellence), Yasonna menekankan betapa pentingnya integritas, di atas kemampuan intelektual. Orang pintar yang punya energi besar, tetapi tidak punya integritas, akan menimbulkan daya rusak yang sangat dahsyat.
Sebaliknya, di tangan orang cerdas, punya energi besar dan punya integritas, maka daya kontribusinya juga akan dahsyat. “Kita perlu menyiapkan orang-orang yang berintegritas untuk dunia yang akan kita jalani, untuk Indonesia yang akan kita jemput di waktu mendatang,” tegasnya.
Sebelum sesi seminar, Rektor Universitas Kristen Maranatha, Prof. Ir. Sri Widiyantoro, M.Sc., Ph.D., IPU mengatakan bahwa UK Maranatha ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara ini.
“Pendidikan menjadi kunci utama dalam menciptakan generasi muda unggul yang kompetensinya tinggi, produktif, berkualitas, mampu bersaing, dan menciptakan lapangan kerja,” kata Prof. Sri saat memberikan sambutan. Ia juga menekankan character education dengan nilai-nilai “ICE” yang dijunjung tinggi di UK Maranatha.
Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Wilayah Jawa Barat (PGIW Jabar), Pdt. Rosevelt H. L. Tobing, S.Th., M.A. dalam sesi sambutan mengatakan bahwa seminar ini merupakan kesempatan menggali pengalaman dari Menteri Yasonna Hamonangan Laoly.
Pdt. Rosevelt menyebutkan pentingnya seminar ini untuk memperlengkapi generasi unggul yang berwawasan kebangsaan, khususnya mempersiapkan generasi muda gereja. “Seminar ini bermanfaat untuk generasi muda gereja, karena generasi muda saat ini adalah gereja yang akan datang,” ungkapnya.
Menutup sesi paparan materi, Yohanes Hermanto Sirait, S.H., LL.M., dosen Fakultas Hukum UK Maranatha selaku moderator menyimpulkan tiga catatan penting.
Pertama, kita harus menjemput Indonesia Emas 2045, jangan hanya menunggu. Kedua, kita harus siap dengan visi ekonomi kelima terbesar dunia. Ketiga, kita harus punya kecepatan dan penguasaan teknologi. Semua itu bisa terealisasi jika generasi muda memiliki kecerdasan, energi yang besar, dan yang paling penting adalah integritas. (sn/is)